Fasilitas Kesehatan dan Sarana Sanitasi Masih Minim di Pengungsian Banjir Luwu Utara

Devi Trisnawati

Luwu Utara, MP – Fasilitas kesehatan dan sarana sanitasi masih kurang di beberapa pos pengungsian korban banjir bandang di Luwu Utara.

Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan dr Budi Siylvana mengatakan hal tersebut saat konferens virtual bersama Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Minggu (19/7/2020) kemarin.

“Minimnya sarana itu dapat dilihat dari kurangnya sarana cuci tangan pakai sabun (CPTS) di setiap pos pegungsian,” tutur dr Budi Sutlvana. Dikutip dari Antara.

Menurut dr Budi, keterbatasan dilapangan tersebut harus segera ditanggulangi, terlebih lagi karena masih masa pandemi Covid-19.

Sementara di lapangan juga ditemukan keterbatasan masker untuk petugas, relawan dan pengungsi.

BACA:  Gelar Aksi Demo, Warga Minta Kejelasan Penanganan Banjir Luwu Utara

Kendati demikian, dari kondisi tersebut terlihat dari banyaknya penyintas yang tidak menggunakan masker dan belum dilakukan physical distancing ataupun jaga jarak secara ketat baik pengungsi maupun petugas ataupun relawan.

Pihaknya juga mengungkap, khusus untuk mencegah penyebaran Covid-19, tenaga bantuan kesehatan harus bebas Covid-19 dengan menunjukkan surat. Jika belum diperiksa atau tidak ada surat, maka dilakukan rapid test di pos kesehatan.

Ia juga mengakui bahwa saat ini masih terbatas terkait ketersediaan vaksin Tetanus (TT) untuk petugas SAR dan relawan. Belum lagi kurangnya air bersih, karena pasokan air bersih sudah tertimbun lumpur.

“Persoalan lainnya yang menyangkut kesehatan dan lingkungan adalah belum berjalannya kegiatan pengolahan sampah domestik yang mengakibatkan sampah menumpuk baik di lokasi pengungsian, juga di jalan pusat kota kabupaten yakni Masamba,” tuturnya.

BACA:  Fokus Bangun Desa, Begini Pendekatan Danny - Azhar jika Jadi Pimpin Sulsel

Bahkan hingga saat ini, tenda masyarakat penyintas yang berada di kebun sawit belum berdinding, ini dikhawatirkan muncul gangguan vektor.

Sedang dari segi makanan yang dikonsumsi, penanganan gizinya tidak sesuai dengan standar dan juga timbul kekhawatiran akan adanya penyakit baru akibat kedinginan.

Kabar Terkait